Kolonialisme terhadap perempuan diera modern diceritakan dengan cantik dan sangat suram
Quentin Tarantino, itu yang langsung terbesit dibenak saya ketika melihat film ini. Yap saya seperti melihat salah satu film Quentin Tarantino ketika menonton film ini, dan karena ia salah satu sutradara favorit saya maka otomatis saya sangat menyukai film Marlina ini.
Marlina diperankan dengan baik sekali oleh Marsha Timothy, ia merupakan janda yang belum lama ditinggal mati oleh suaminya dan iapun kehilangan anaknya yang masih bayi. Terlihat dari raut mukanya yang tidak pernah menampilkan emosi sepanjang film. Ia didatangi oleh Markus menjelang malam yang merupakan ketua dari gerombolan perampok, ia datang sendirian dan mengatakan akan ada total 7 orang datang merampok ternaknya dan akan "tidur" dengannya. Markus ini dengan pedenya meminta kopi bahkan minta dibuatkan makanan sop ayam. Markus diperankan oleh Egi Fedly yang tampang dan potongan rambutnya emang sudah kayak garong.
Ketika mereka ber-7 kumpul, 2 diantaranya disuruh pergi mengantarkan ternak dan kembali keesokan paginya. Marlina dengan lihai menghabisi 4 orang diantaranya dan ketika Markus memperkosanya, ia menebas kepala Markus dengan golok. Adegan terkeren dan terlihat nyata difilm ini, salut untuk spesial efeknya.
Ruangan rumah yang kecil dengan interior yang gelap dapat ditangkap kamera dengan baik walaupun hanya ada satu sumber cahaya. Kesan dramatis berhasil dibuat dengan baik didalam rumah ini walaupun dengan pencahayaan seadanya, benar-benar pandai memainkan pencahayaan.
Esoknya Marlina membawa kepala Markus untuk melaporkannya kepolisi dan ketika menunggu angkot ia bertemu temannya Novita yang hamil 10 bulan. Perjalanan Marlina ini kita akan melihat savana keindahan Pulau Sumba, yang walaupun indah ternyata menyimpan hal-hal yang tidak terbayang oleh kita masih ada disana, seperti susah air, tidak ada listrik, susah sinyal bahkan untuk buang air pun mereka susah. Perjalanan Marlina ini juga dimasukkan unsur-unsur komedi yang cukup menghibur dari salah satu penumpang angkot. Sementara 2 perampok lainnya yang kembali kerumah kaget melihat Markus kepalanya nggak ada segera mengejar Marlina, tidak hanya mereka berdua, Markus yang tanpa kepala juga mengikutinya, kok bisa? Tonton filmnya makanya.
Disini terlihat sekali bahwa wanita dianggap sangat rendah oleh laki-laki, sepertinya kejadian diperkosa suatu hal yang biasa disana, ini terlihat ketika Marlina melapor kepolisi. Perlakuan kasar suami Novita yaitu Umbu yang dengan kasar mendorongnya, menamparnya padahal ia sedang hamil juga menunjukkan betapa perempuan tidak dihargai sama sekali. Ini mungkin yang ingin disampaikan oleh sang sutradara Mouly Surya. Semua laki-laki yang tampil difilm ini, semuanya baji****, nggak semua sih tapi sebagian besar.
Pengambilan gambar yang menujukkan keindahan Sumba disertai musik-musik cowboy dan lagu daerah khas Sumba yang kadang-kadang dinyanyikan benar-benar membuat suasana kita terbawa berada disana. Beberapa kali pengambilan gambar yang panjang dan lama muncul seperti ketika Marlina memesan sate, ketika Marlina membakar alat musik Markus dan ketika ia membereskan kepala Markus sebelum pergi.
Film ini semuanya bagus, tata cahaya, musik, para pemain, semuanya, hanya ceritanya saja yang terlalu linear. Film dengan model dibagi-bagi kedalam act (atau disini disebut babak) biasanya alurnya tidak linear untuk menambah kerumitan cerita. Tetapi secara keseluruhan film ini luar biasa dan wajib Anda tonton. Tapi ingat film ini bukan untuk anak-anak, Anda tidak terlalu gila kan untuk mengajak anak Anda menonton adegan perkosaan dan tebasan kepala yang terlihat sangat nyata.
8.5/10
Web Designer lokal yang hobi nonton dan menjadi penulis tetap di bioskoptoday.com, jangan lupa untuk follow Twitter dan Instagramnya.