Hanif (Ario Bayu) bersama istrinya Nadya (Hannah Al Rashid) dan anak-anaknya pergi ke panti asuhan tempat Hanif dibesarkan dulu untuk menjenguk pengasuh panti tersebut Pak Bandi (Yayu Unru) yang sakit keras. Sementara sahabat-sahabat Hanif dari panti juga datang untuk menjenguk Pak Bandi. Tetapi teror mulai terjadi, korban mulai berjatuhan ketika seseorang memiliki dendam kepada mereka. Seseorang yang dendam dengan perlakuan mereka dulu ketika masih di Panti, seseorang yang kini telah menjadi Ratu Ilmu Hitam.
Adegan selama kredit film: Tidak Ada Adegan setelah kredit film: Tidak Ada
Mendiang Suzanna telah lekat menjadi ratu horror Indonesia. Beliau adalah legenda. Pun di setiap filmnya, Suzanna memberi contoh bagaimana menjadi seorang perempuan, walaupun terlihat lemah di awal, bisa berubah untuk berjuang melawan penindas dengan caranya sendiri.
Hampir mustahil untuk menandingi karisma seorang Suzanna. Joko Anwar, sebagai penulis skenario, sadar betul hal tersebut. Dengan memilih untuk mengambil isu sensitif lain, yaitu isu ketakutan diri, pelecehan/kekerasan seksual, serta budaya patriarki membuat tugas untuk menghidupkan film Ratu Ilmu Hitam menjadi lebih kekinian, lumayan mulus.
Ciri khas gore menjadi andalan Kimo Stamboel dalam menghadirkan kengerian dibeberapa adegan. Belatung (atau hewan sejenisnya) yang keluar dari mulut, kelabang yang masuk ke dalam kulit (mengingatkan pada adegan The Mummy 1999) serta munculnya lubang-lubang layaknya memunculkan fobia akan penyakit tersebut adalah beberapa contoh gore Kimo yang ditampilkan. Hal-hal yang mengganggu tersebut patutlah dimunculkan dengan konteks yang sesuai agar lebih masuk akal. Itu sebabnya terasa berlebihan.
Ada pesan yang ingin disampaikan terkait kenapa Salvita menyayat tubuhnya sendiri. Bagaimana citra tubuh ideal (kurus) merupakan standar kecantikan yang menjadi obsesi yang kemudian berubah menjadi salah satu bentuk insecure wanita, selain kulit putih. Setan difilm ini bermain-main dengan persepsi ketakutan kedua wanita hingga bisa mempengaruhi mereka untuk berbuat nekat seperti mengiris daging berlebih di tubuhnya.
Sayang, peran para wanita di film ini masih terasa hitam putih. Selain Salvita dan Imelda, Hannah Al Rasyid muncul sebagai seorang ibu dan istri yang hampir sempurna. Hampir tidak ada kekurangan, kecuali kesempurnaan itu.
Judul film yang (seharusnya) menggambarkan tokoh utama antagonis (atau protagonis), seorang "ratu" ilmu hitam yang tiba-tiba muncul di sepertiga akhir film terasa sungguh janggal. Di manakah ia selama ini? Apakah belajar ilmu hitam?
Niat baik untuk memperjuangkan suara perempuan yang lemah dengan cara membalas dendam atas perlakuan semena-mena bapak panti sejatinya premis yang sungguh menarik. Kurangnya kelogisan naskah membikin film yang bisa stand-out masih harus berusaha lagi untuk para pembuat film.